Kisah Gangguan Jin Nasab pada Keluarga Dosen

oleh Hendy Mustiko Aji

PART 1

Awalnya mukena dan alat sholat suka hilang dan tiba-tiba ditemukan ditempat yang bukan tempatnya. Saya dan istri mengira anak-anak kami yang teledor dalam menyimpan barang.

Namun, kurang lebih 3 mingguan ini kami mengetahui bukan keteledoran anaklah penyebabnya, melainkan kerjaan Jin.

Mukena sholat yang ditaro dikasur, lalu ditinggal sebentar tahu-tahu sudah hilang. Setelah dicari ternyata ada di dalam koper hitam besar yang disimpan dipojokan. Anak-anak gak mungkin bisa menyimpan di sana.

Berulang kejadian seperti itu, namun tempat disembunyikannya berbeda-beda. Pernah disembunyikan di bawah kasur, di helm motor, bahkan pernah juga di toilet kamar mandi kontrakan yang ndak terpakai.

Mengetahui gangguan tersebut, mulailah saya meruqyah rumah dgn Al-Baqarah secara full. Lalu saya Ruqyah mukena dan alat sholat yang suka hilang. Saya simpan di dalam koper kecil, dan kopernya saya Ruqyah.

Ternyata saat tiba waktu solat (note: saya sholat jamaah dgn keluarga di rumah selama COVID), mukena-mukena tersebut hilang dari dalam koper!
Alhamdulillah yang sangat saya syukuri, anak dan istri tidak gentar dan takut. Kami meyakini lemahnya gangguan jin.

Kami mencoba bicara dengan pemilik kontrakan dan tetangga terkait histori rumah. Tetangga mengaku sama sekali gak ada cerita gangguan jin di rumah kontrakan yg saya tempati. Pemilik kontrakan pun mengatakan yg sama. Mereka malah kaget mendengarnya.

Kami rutinkan Al-Baqarah di dalam rumah dan dzikir lainnya. Selain itu, kami juga melawan dengan mencipratkan air daun Bidara yang telah di ruqyah. Walhasil jin menjadi sangat frontal hari ke hari. Jin bisa mematikan lampu saat kami ingin sholat maghrib dan Isya. Setelah lampu mati (keadaan gelap), mukena pun hilang. Persis seperti di film-film.

Qadarallah saat kejadian lampu dimatikan saya sedang tidak di rumah.
Malam itu juga tak pindahkan anak istri ke hotel. Pikir kami gangguan itu bersumber dari jin rumah kontrakan saya. Logikanya, kalo ga dirumah berarti gak diganggu. Namun, betapa kagetnya kami, ternyata di hotel pun jin nya ikut. Ditandai dengan hilangnya mukena. Tiba-tiba mukena ada di bawah kasur hotel dan ada di wastafel dengan keadaan basah.

Bingung dengan kejadian tersebut, saya pun membawa anak dan istri ke tempat ust Faharudin di pondoknya untuk konsultasi dan meminta nasihat. Lalu disusul dengan ruqyah oleh ust. Salman. Setelah itu kami mengundang ust. Salman untuk meruqyah di rumah.

Esoknya keadaan belum juga membaik. Bahkan serangan jin pun semakin frontal. Setelah saya dan istri coba lihat, sepertinya jin nya mengincar anak kami, Ummu Abdirrohman. Kami pun mencoba menganalisis, jin apa dan bentuk gangguan jenis apa yang kami terima.

Apakah gangguan jin penunggu kontrakan? tapi mengapa jin nya ikut ketika kami ke hotel? Jika ini gangguan jin penunggu kontrakan, mengapa hanya kejadian saat saya tempati dan g pernah ada cerita sejarah sebelumnya?

Apakah ada yang menyihir/santet saya? tapi mengapa yang ditarget/diganggu anak saya? Lagipula saya ingat-ingat, beberapa hari sebelum ‘serangan’ jin, saya tidak pernah memberikan anak saya makanan/minuman atau pemberian apapun dari orang lain.
Atau ternyata ada bentuk gangguan jin lain?

Hari ke hari semakin frontal bentuk gangguannya, dan semakin jelas bahwa targetnya adalah anak saya. Dimana ada anak saya sendirian di kamar, seketika lampu mati dan hilanglah mukena dan juga Quran yang dibaca.

Serangannya kali ini bukan hanya menghilangkan mukena dan Quran, tetapi juga sudah menyerang fisik. Seperti ingin mencelakakan anak saya. Anak saya yang sedang duduk di kasur, dalam sekejap berpindah ke bawah kasur dengan posisi ditindih kasur (FYI, kami tidak menggunakan dipan). Kepala anak saya pun kepentok lantai. Gangguan terjadi sepanjang hari. Bukan hanya maghrib/malam.

Jin ini juga mulai mengganggu anak kami saat sholat. Saat sholat badannya didorong kencang, kakinya ditarik, saat sujud kepalanya dipentokin ke lantai, wajahnya ditekan ke lantai hingga tidak bisa bernafas.

Nb:
Cerita ini saya tuliskan agar bisa menjadi pelajaran dan menambah keimanan bagi yang membaca

==

sumber : Hendy Mustiko Aji ( based on true story)

————————————————————————————-

PART 2

Izinkan saya melanjutkan cerita sebelumnya..

Gangguan jin kepada anak kami semakin frontal hari ke hari. Bukan hanya saat akan ibadah saja, tetapi juga saat tidak akan melaksanakan ibadah. Sampai satu kejadian dimana saya pribadi begitu khawatir akan keselamatan anak saya.

Saat itu hari Jum’at, anak-anak sedang bermain di kamar kami sekitar pukul 14.00-an. Istri saya tertidur, dan saya juga sangat mengantuk. Saya pun tiduran di kasur, niatnya gak tidur karena saya ada kelas pukul 15.30 WIB. Namun, qadarallah saya tertidur juga pada akhirnya.

Bangun-bangun dari tidur, saya mendapat cerita yang betul-betul membuat saya sangat menyesal kenapa saya tertidur. Ketika saya tidur, dan istri juga tidur, anak kami cerita katanya lampu dimatikan kembali oleh Jin. Lalu anak kami cerita katanya ia dilempari batu-batu jorok berbau pipis (istilah anak kami) oleh jin yang membawa tali dan jarum. Lalu ia dilempar keluar kamar (nembus pintu), dan dilempar balik ke dalam kamar (nembus pintu).

Anak kami juga cerita bahwa mulutnya dikunci dan tangannya dibekap, sehingga tidak bisa berteriak minta tolong kepada kami. Luka (terbeset akibat dilempar batu) ditangannya akibat serangan Ghoib pun ada bekasnya dan masih terasa.

Anak saya terus terusan ingin dicelakakan ketika kami lengah. Pukul 15.00-an saya mengambil pesanan Go-Send dan meminta anak saya duduk di sofa ruang tamu. Selang beberapa detik setelah saya menerima Go-Send, anak saya teriak minta tolong. Ternyata jin melemparnya lagi ke bawah kasur dengan kepala yang terpentok dan tertindih kasur.

Dari situ saya peluk anak saya sambil mengatakan,
“Yang sabar ya sayang, Allah pasti menurunkan pertolongan”

Saya peluk sambil membaca ayat kursi berkali-kali. Hingga saya pun tak kuasa menahan tangis terisak-isak. Kami tidak takut dengan jinnya, melainkan sangat khawatir dengan keselamatan anak kami.

Setelah kejadian itu saya putuskan untuk cancel seluruh kelas saya selama seminggu. Saya pun minta ijin ke kampus untuk tidak bisa mengikuti kegiatan kampus apapun. Baik mengajar atau kerjaan tim.
Detik itu juga saya bawa anak saya dan keluarga untuk ruqyah ke tempat Ust. Fadlan Abu Yasir di Kota Gede. Beliau adalah praktisi Ruqyah ternama di Jogja.

Saya memohon kepada Ust. Fadlan agar berkenan menampung saya, istri dan anak-anak di tempat beliau karena saya sangat trauma sekali. Lengah beberapa detik saja, anak saya bisa semakin celaka!

Saya cerita kronologis kejadiannya kepada Ust. Fadlan sambil menganalis jenis gangguan jin seperti apakah yang menyerang anak kami. Hingga kami meyakini bahwa gangguan yang diterima anak kami adalah gangguan Jin Nasab atau Jin yang secara otomatis diturunkan dari bapak/kakek/uyut/leluhur kepada nasab/keturunannya.

Jin Nasab ini turun secara otomatis, tanpa harus kita menerima atau menolak. Turun kepada siapanya tergantung bagaimana kontrak/kesepakatan awal dengan bangsa jin yang dilakukan oleh bapak/kakek/uyut/leluhur. Kesepakatan/persekutuan dengan bangsa jin itu bentuknya bisa berbagai macam, diantaranya tenaga dalam, ilmu kebal dan bentuk lainnya.

Hipotesis Jin Nasab itu pun menguat karena uyut anak kami memang diketahui sebagai orang yang punya ilmu tenaga dalam.
Malam hari setelah anak kami di ruqyah oleh ust. Fadlan sambil menangis karena kesakitan di beberapa bagian tubuhnya, ia pun bercerita kepada kami bahwa sebetulnya ia bisa melihat makhluk-makhluk aneh semenjak kecil (indigo). Ia tidak pernah menceritakan kepada kami karena pikirnya itu hanya bayangannya saja. Ia juga melihat jin yang mendzoliminya. Katanya warnanya hitam dan jorok (bau).

Ini semakin menguatkan hipotesis terkait Jin Nasab. Salah satu ciri pasti dari orang yang diturunkan Jin Nasab adalah indigo semenjak kecil.
(Bersambung insya Allah jika banyak yang mau membaca kelanjutannya….)

Nb:
Cerita ini saya tuliskan agar bisa menjadi pelajaran dan menambah keimanan bagi yang membaca

————————————————————————————-

PART 3

Teror , Jin Usil di keluargaku Part 3

oleh Hendy Mustiko Aji

Ini adalah part 3 dari cerita-cerita sebelumnya.

Saya begitu sedih dan terpukul tatkala mengetahui gangguan yg menyerang anak kami adalah gangguan Jin Nasab. Ia diturunkan melalui jalur darah (nasab) tanpa adanya persetujuan. Persekutuan dengan bangsa jin yang dilakukan oleh orang lain, namun keturunan yang kena imbasnya.

Kami menganggap kejadian ini adalah salah satu ujian keimanan dari Allah ta’ala. Disaat saya begitu terpukul, mudah menangis terisak, hati dipenuhi was-was, lantas ada beberapa kawan menawarkan bantuan melalui jalur ‘orang pintar’ alias dukun. Alhamdulillah, Allah masih meneguhkan hati kami untuk menolak bantuan-bantuan tersebut.

Saya dan istri mulai sering menganalisis mengapa serangannya begitu frontal sampai ingin mencelakakan anak kami. Kami coba bertanya-tanya kepada keluarga kami apakah ada dari mereka yang memiliki indikasi diturunkan Jin Nasab juga. Ternyata hampir semua, dan mayoritas yang diganggu adalah saudara perempuan!

Diantara mereka ada yang dari kecil juga indigo, ada yang selalu ditampakkan penampakan-penampakan, bahkan ada yang sampai selalu mengikuti dan menemani ketika tidur. Akan tetapi, tidak mengganggu sampai ingin mencelakakan fisik seperti yang dialami anak kami, Ummu Abdirrohman.

Analisis kami mengarah pada satu dugaan mengapa gangguannya bisa frontal kepada anak kami, yaitu karena ‘ibadah yang dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Sangat nyata terlihat, jin Nasab ini sangat membenci ketika anak kami beribadah.

Semua barang yang disembunyikan adalah barang yang berkaitan dengan ibadah. Mukena, sarung, bahkan Quran sekalipun. Terlebih anak kami adalah penghafal Quran. Sangat jelas yang kami rasakan bahwa tujuan dari jin Nasab ini ingin menggelincirkan anak kami (nasab) dari aqidah yang lurus.

Anak kami pernah cerita, saat tinggal di kontrakan sebelumnya, ada anak kecil (jin) di dalam rumah yang tidak suka ia sholat. Musuh Allah ini mengatakan kepada anak kami, “ngapain sih rajin-rajin sholat, baca Quran..!!”.

Jin-jin ini juga mengganggu saat anak kami disekolah. Dulu pernah ada komplain dari guru (ustadzahnya) di sekolahnya (sebelum pindah sekolah ke sekolah sekarang). Katanya anak kami selalu ngobrol sendiri, dan tidak fokus memperhatikan pelajaran.

Anak kami cerita pada malam hari Jum’at itu bahwa ia saat di sekolah bukannya ngobrol sendiri. Namun, ketika pelajaran, jin selalu mengganggunya dan anak kami mencoba mengusirnya dengan mengatakan “iih.. sana awas awas, aku mau belajar!”, sehingga ia terkesan ngobrol sendiri.

Anak kami dilaporkan tidak mau duduk di kursi ketika pelajaran. Ternyata saat itu bangkunya didudukin Jin. Jika ia mengusirnya, nanti ia dimarahin dan dikira ngobrol sendiri. Semoga ustadzah anak kami dahulu membaca tulisan ini.

Selain itu kami juga sadar bahwa jin yang terkutuk ini mencoba untuk memisahkan hubungan antara ibu dan anak. Kami sempat heran karena anak kami mengeluarkan bau keringat yang tidak wajar semenjak kecil. Qadarallah bau ini sangat tidak disukai istri saya. Istri saya selalu ingin muntah ketika mencium bau anak kami.

Baunya ini bersumber di kepala, bukan di badan atau ketiak. Sempat ingin saya konsultasikan ke dokter kulit. Alhamdulillah, bau-bau ini hilang setelah anak kami di ruqyah dan dimandikan air bidara yg telah diruqyah oleh ustadz Fadlan.

Hari pertama ruqyah di tempat ust. Fadlan, sekujur badan anak kami kesakitan. Ia sampai mengeluarkan air mata. Ust. Fadlan sudah banyak pengalaman menangani pasien Jin Nasab. Menurutnya, kontrak dengan jin nasab bisa diputus langsung pada level anak yang diturunkan, namun akan lebih efektif jika diputus pada level bapak/kakek/uyut jika masih hidup.
Saat ini, ruqyah dan putus kontrak dengan bangsa jin masih dilakukan pada level anak kami. Sudah lebih dari 12x intensif Ruqyah, alhamdulillah gangguan melemah, namun gangguan masih ada. Jin belum mau keluar dari tubuh anak kami.

Sepertinya memang harus diputus kontrak langsung pada level uyut anak kami dengan cara di ruqyah. Namun, menempuh pendekatan ini bukannya mudah. Masih ada dari keluarga besar kami yang menolak mentah-mentah rencana tersebut. Butuh ekstra kesabaran dalam menjelaskan dan memberikan pemahaman.

Nb:

  • Cerita ini saya tuliskan agar bisa menjadi pelajaran dan menambah keimanan bagi yang membaca
  • Saya tidak menyebutkan uyutnya anak kami dari jalur nasab saya atau istri, demi menjaga privasi keluarga besar

—————————————-

PART 4

oleh Hendy Mustiko Aji

Part 4 ini saya ceritakan melihat masih banyak pembaca yang ingin mengetahui kelanjutan cerita sebelumnya

Uyut anak kami masih hidup. Usianya sudah atau mendekati 100 tahun. Namun mohon dicatat bahwa saya sengaja dan tidak mau menyebut uyut anak kami dari jalur nasab saya atau istri, demi menjaga privasi keluarga besar. Lagipula, bukanlah esensi untuk mengetahui hal tersebut dalam cerita ini.

Untuk meruqyah uyut anak kami tidak semudah asal meruqyah. Ini menyangkut keluarga besar. Banyak kepentingan di sana. Kami perlu meminta ijin terlebih dahulu kepada keluarga besar, khususnya anak-anak langsung dari uyutnya anak kami.

Ijin dan cara kekeluargaan perlu dilakukan karena setelah ruqyah bisa saja terjadi berbagai kemungkinan. Kami tidak ingin disalahkan atas kemungkinan buruk yang akan terjadi, sehingga dapat berpotensi merusak hubungan keluarga dan terlebih merusak citra dakwah Tauhid.

Keluarga besar kami masih sangat awam dalam urusan agama. Seperti misalnya ketika diganggu Syaithon nasab, mereka selalu meminta bantuan ke ‘orang pintar’ yang berkamuflase menjadi sefigur ustadz.

Mereka pun suka mengamalkan amalan ibadah yang tidak ada tuntunannya secara syariat. Amalan tersebut diyakini sebagai kebenaran karena dibalut nuansa Islami.

Ada yang puasa setiap hari dengan niat meminta hajat tertentu. Ada yang membaca wirid-wirid tertentu yang tidak ada dasarnya dalam agama, dan beberapa amalan nyeleneh lain namun bernuansa Islami. Tak heran dengan amalan ibadah seperti itu, syaithon nasab tak menganggu sampai berupaya mencelakakan fisik mereka.

Mendengar ruqyah syar’iyyah tentu saja membuat perasaan mereka (keluarga besar) tidak nyaman. Beberapa (mayoritas) keluarga besar memberikan ijin, namun ada juga beberapa yang menolak. Kami husnudzon (berbaik sangka), penolakan mereka disebabkan ketidaktahuan (kejahilan) tentang praktik ruqyah syar’iyyah.

Uyutnya anak kami harus diruqyah demi membatalkan perjanjian/kontrak dengan bangsa jin. Saya coba berikan pengertian bahwa ruqyah yang dilakukan kepada uyutnya anak kami hanya sebatas membacakan ayat-ayat Quran. Tidak ada praktek menangkap jin lalu jinnya dimasukan ke dalam botol. Tidak ada gerakan-gerakan seperti yang dilakukan tim pemburu hantu atau yang semisal. Ya, murni hanya dibacakan ayat Quran dengan niat ruqyah.

Alhamdulillah, kami bersyukur kepada Allah ta’ala, setelah beberapa ikhtiar untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman, ijin meruqyah uyutnya anak kami pun diberikan. Insya Allah jika tidak ada aral melintang dalam minggu depan kami bersama ust. Fadlan dan tim akan meruqyah uyutnya anak kami di rumahnya.

Kami sudah meminta bantuan keluarga besar untuk mengumpulkan semua pusaka/jimat/keris/atau barang apapun yang dianggap sakti. Namun, qadarallah katanya barang-barang tersebut sudah tidak ada di rumah. Entah hilang, tak kasat mata, atau sudah dibawa oleh orang lain.
Ijinkan saya pindahkan fokus cerita terkait anak kami.

Sudah beberapa hari kami sekeluarga tinggal di tempat ust. Fadlan. Ruqyah dilakukan intensif pagi dan sore. Gangguan syaithon nasab semakin frontal. Selain berusaha mencelakakan fisik anak kami, musuh Allah ini pun berupaya sekuat tenaga membuat anak kami tidak bisa beribadah.

Jin nasab membuat anak kami tidak bisa berbicara. Ya betul, tidak bisa berbicara karena mulut anak kami dikunci oleh jin nasab. Saya berusaha membuka mulut anak kami yang mingkem rapet, betul-betul kuat sekali. Jika dipaksakan, saya khawatir menyakiti anak saya sendiri.

Barulah kemudian saya ruqyah mulutnya, sambil dibantu ust. Fadlan dengan cara merendam kaki dan tangan anak kami di ember air bidara yang diisi es batu. Selain itu, ust. Fadlan memberikan minyak wangi untuk dioleskan dimulut anak kami.

Alhamdulillah dengan cara tersebut mulutnya sudah bisa terbuka. Panas katanya. Anak kami sudah bisa bicara kembali, namun ia tidak mampu mengucapkan kata yang berkaitan dengan amalan ibadah.

Ketika diminta mengucapkan kata ‘abi’, ‘umi’ dan nama-nama saudara dan orang yang dikenalnya, ia bisa lancar mengucapkannya tanpa hambatan. Namun, ketika diminta mengucapkan ta’awudz, basmalah, nama Allah, dan nama-nama Nabi, ia tidak mampu melakukannya. Bibirnya rapat terkunci hanya bergoyang seperti sedang mengunyah.

Bukan hanya itu saja. Musuh Allah ini juga membuat anak kami tidak bisa membaca Quran. Anak kami mengatakan bahwa ia tidak bisa melihat huruf di dalam mushaf. Hanya ada harokatnya saja. Kata ‘bismillah’, terlihat i-i-a.

Gangguan serupa juga terjadi pada pendengarannya. Jin nasab ini membuat anak kami tidak mampu mendengar kalimatullah. Ketika dibacakan ayat-ayat Quran, anak kami hanya mendengar harokatnya saja.
Makhluk terkutuk ini juga mengganggu hati anak kami sehingga ia tidak ingat hafalan Qurannya. Anak kami tidak bisa melantunkan dzikir dan ayat Quran secara keras, dan juga tidak bisa melakukannya di dalam hati!

Betul-betul terkutuk syaithon nasab ini. Ia mencoba menghalangi anak kami dari berdzikir dan membaca Quran.

(Bersambung insya Allah jika masih banyak yang ingin membaca kelanjutan cerita nyata ini. Pada cerita berikutnya insya Allah akan saya ceritakan bagaimana praktek dan metode ruqyah putus kontrak dengan bangsa jin yang dilakukan dan reaksi-reaksi yang terjadi)

Nb:
Cerita ini saya tuliskan agar bisa menjadi pelajaran dan menambah keimanan bagi yang membaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *