DOA KAFFAROH TAKUT SIAL

DOA KAFFAROH TAKUT SIAL

عن عبدالله بن عمر رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَنْ ردَّتْهُ الطِيَرَةُ عن حاجتِهِ فقدْ أشرَك*َ قالوا : يا رسولَ وما كفارَةُ ذلِكَ قال يقولُ ” *اللهمَّ لا طيرَ إلَّا طيرُكَ ، ولَا خيرَ إلَّا خيرُكَ ، ولَا إلهََ إِلَّا أَنْتَ

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu berkata,
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wassalam bersabda :
“Barangsiapa dihalangi oleh perasaan takut sial untuk melakukan hajatnya maka ia telah menyekutukan Allah. Sahabat berkata: Wahai Rasulullah kalau begitu apa kaffarohnya? Beliau bersabda: Hendaklah engkau membaca,

اللهُمَّ لَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ، وَلَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Allaahumma laa thoyro illaa thoyruka, wa laa khayro illaa khoyruka, wa laa ilaaha illaa Anta”

“Ya Allah tidak ada kesialan kecuali kesialan yang Engkau tetapkan, dan tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang Engkau tetapkan, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau”.”

[HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu’Anhuma, Ash-Shahihah:1065, Shahihul Jaami’: 6264]

Pelajaran yang terdapat di dalam Hadits :

‘-.1.-‘ Pembahasan beranggapan sial ini dalam bahasan akidah diistilahkan dengan thiyaroh atau tathoyyur. Thiyaroh berasal dari kata burung, artinya dahulu orang Arab Jahiliyah ketika memutuskan melakukan safar, mereka memutuskan dengan melihat pergerakan burung. Jika burung tersebut bergerak ke kanan, maka itu tanda perjalanannya akan baik. Jika burung tersebut bergerak ke kiri, maka itu tanda mereka harus mengurungkan melakukan safar karena bisa jadi terjadi musibah ketika di jalan.

‘-.2.-‘ Merasa takut sial sehingga terhalangi untuk melakukan suatu hajat termasuk syirik, seperti seseorang yang ingin melakukan hajatan, perjalanan atau suatu pekerjaan, lalu ia mendengar suara burung tertentu, suara cecak dan yang semisalnya, ia pun membatalkan perjalanan atau pekerjaannya tersebut karena takut sial, maka ia telah menyekutukan Allah jalla wa ‘ala, sebab hanya Allah yang dapat menakdirkan kebaikan atau keburukan.

‘-.3.-‘ Sesuatu yang ditakuti dapat membawa sial pada hakikatnya tidak membahayakan sedikit pun, itu hanyalah khayalan dan tipu daya setan. Namun bisa saja Allah ta’ala menimpakan kesialan yang dikhawatirkan tersebut kepada seseorang, sebagai hukuman atasnya apabila ia tidak bersandar kepada Allah Ta’ala.

‘-.4.-‘ Kebaikan seluruhnya di tangan Allah ta’ala, dan Dia saja yang Maha Mampu menimpakan kejelekan kepada seorang hamba disebabkan dosa sang hamba, serta hanya Dia yang Maha Mampu menghalangi atau menghilangkan kejelekan itu darinya.

‘-.5.-‘ Kandungan doa yang diajarkan dalam hadits ini adalah kewajiban bergantung hanya kepada Allah ta’ala dan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, yaitu meyakini semua sesembahan selain Allah adalah salah, dan tidak boleh mempersembahkan ibadah apa pun kepada selain-Nya.
Contoh dari thiyaroh atau beranggapan sial:
– Menganggap anak sakit-sakitan karena nama yang terlalu berat diemban sehingga harus ada penggantian nama.
– Mengganggap datangnya musibah itu karena si A yang baru datang ke kampung, sebelumnya tidak pernah terjadi. Sebagaimana dahulu Fir’aun beranggapan datangnya bencana gara-gara Nabi Musa ‘alaihis salam.
– Menganggap bulan Suro atau bulan Muharram adalah bulan keramat sehingga tidak boleh mengadakan hajatan, walimahan atau acara besar lainnya.
– Jika lewat di depan kuburan, selalu sial dan sering melihat hantu gentayangan.
– Anggapan sial dengan angka 13.

‘-.6.-‘ Solusi menghadapi takut sial dalam hadits ini dengan tiga perkara. Asy-Syaikhul ‘Allamah Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
“Alhasil, takut sial dihadapi dengan tiga perkara:
Pertama: Tawakkal kepada Allah ta’ala.
Kedua: Tetap melakukan hajatmu dan tidak terpengaruh dengannya, serta tidak nampak sedikit pun dalam tindakanmu, seakan ia tidak ada sama sekali.
Ketiga: Hendaklah engkau berdoa dengan doa-doa yang terdapat dalam hadits-hadits (seperti) ini, maka apabila engkau telah berdoa kepada Allah ta’ala dengan doa-doa ini, Allah ta’ala akan menyelamatkanmu dari perasaan takut sial, dan menguatkanmu dengan pertolongan-Nya, bantuan-Nya dan taufiq-Nya. Wallaahu ta’ala a’lam.” [I’aanatul Mustafid, terbitan Mu’assasah Ar-Risalah 1423 H, 2/15]

‘-.7.-‘ Hadits ini juga mengandung pelajaran bahwa rasa takut sial yang syirik adalah yang menghalangi seseorang dari suatu hajat atau ia tetap melakukannya dalam keadaan gelisah dan khawatir akan tertimpa kesialan (lihat Al-Mulakhkhos, hal. 235).

‘-.8.-‘ Sebaliknya, apabila tidak memberikan pengaruh kepadanya, atau ia segera menghilangkannya dengan tawakkal dan tidak menghalanginya untuk melakukan hajatnya maka tidak termasuk syirik (lihat Al-Mulakhkhos, hal. 235).

Tema Hadits yang berkaitan dengan Al Qur’an :

1=-> Dia-lah yang memberikannya kepada hamba-Nya sesuai kehendak dan keinginan-Nya, dan Dia-lah yang menolak kejelekan dari seorang hamba dengan kekuasaan-Nya, kelembutan-Nya dan kebaikan-Nya, maka tidak ada kebaikan kecuali dari-Nya, dan Dia-lah yang menghilangkan keburukan dari hamba-Nya, maka keburukan yang menimpa seorang hamba adalah karena dosanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka disebabkan (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS An-Nisa: 79).

2=-> Beranggapan sial atau thiyaroh termasuk akidah jahiliyah. Bahkan sudah ada di masa sebelum Islam. Lihatlah bagaimana Fir’aun beranggapan sial pada Musa ‘alaihis salam dan pengikutnya. Ketika datang bencana mereka katakan itu gara-gara Musa. Namun ketika datang berbagai kebaikan, mereka katakana itu karena usaha kami sendiri, tanpa menyebut kenikmatan tersebut berasal dari Allah.

فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 131)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *